What I Wants and Needed

What I Wants and Needed
What ever....I just wanna be a Good Woman

Selasa, 21 Juni 2011

"Teguran Satu Menit" (Parenting - Disiplin)

Ini adalah salah satu metode/ trik dalam mendidik anak-anak kita, dalam hal menegur anak.
Teguran tak perlu diulang-ulang. Pujianpun demikin. Meskipun kelihatan Cuek/acuh, sama sekali tak berarti anak tak memperhatikan nasihat orangtuanya.

Orang menamakan metode ini sebagai "teguran satu menit" karena memang dalam pelaksanaannya memakan waktu tak lebih dari satu menit. Selama sepuluh tahun metode ini diuji, rupanya memperoleh hasil luar biasa. Tetapi pelaksanaannya bukannya mudah, apalagi bagi orangtua yang baru petamakali mencoba. Tak jarang anakpun menunjukkan reaksi awal yang buruk ketika orangtuanya menggunakan metode ini. Tetapi bila orangtua punya tekad yang teguh dan ikhlas, segalanya akan segera kembali stabil dan Insya Allah membuahkan hasil baik.

Pelaku dan Perilaku.
     Sebagai kunci pembuka untuk mempelajari metode pendidikandisiplin ini, adalah membedakan antara "pelaku" dan "perilaku". Yang disebut "pelaku" adalah individu anak yang sedang melakukan sesuatu. Sedang "perilaku" menggambarkan kegiatan yang sedang dilakukan itu. Misalnya Iwan memukul kucing. Iwan sebagai "pelaku"  dan "perilaku" nya adalah memukul kucing.
     
Setelah kita pandai membedakan antara kedua batasan ini dalam setiap kejadian, maka kita beranjak kepada pemahaman lain bahwa diantara keduanya tidak akan selalu mempunyai konotasi yang sama baiknya. Bila "perilaku' memukul kucing mempunyai konotasi buruk, tidak berarti Iwan sebagai "pelaku" turut memperoleh konotasi buruk pula.
     
Orangtua tidak pernah boleh membeikan konotasi buruk kepada "pelaku" yaitu anak-anaknya, seburuk apapun "perilaku" mereka. Orangtua hanya boleh berperasaan bahwa saat itu anak sedang khilaf, teledor, atau lupa sehingga mereka melakukan "perilaku" buruk. Tetapi pada hakikatnya anak-anak itu tetaplah baik, tetap anak yang shaleh, sehingga kelak akan kembali menunjukkan "perilaku" yang baik. Bukankah ajaran Islam melarang kita su'uzhzhan atau berprasangka buruk kepada siapapun?.
     
Allah swt telah berfirman bahwa " Dia akan mengikuti prasangka hamba -NYA".  Manusia yang selalu berprasangka baik kepada Allah betapapun besar takdir buruk yang ia terima, akhirnya akan menemukan bukti kebaikan Allah kepadanya. Sebaliknya orang yang terus menuduh Allah tidak adil, tidak mau mengabulkan do'a, tidak menepati janji, maka sungguh Allah akan berlaku seperti yang diprasangkakan itu kepada orang tersebut.
     
Rumus senada denga itu berlaku dalam hubungan orangtua dengan putra putrinya. Mengapa? Dalam fase perkembangannya, anak sedang berada dalam masa-masa mencari identitas diri, mencari kepercayaan diri. Proses pencariannya bersumber kembali kepada orangtuanya sebagai orang terdekat dengan dirinya. Maka informasi dari orangtualah yang ia pegang sebagai sesuatu yang pasti benar. Itu sebabnya orangtua tak pernah nakal, malas, maupun membangkang. Orangtua harus menanamkan sedalam mungkin dipikirannya bahwa anaknya adalah anak yang baik dan shalih, dimanapun dan kapanpun, dalam situasi bagaimanapun. Adapun jika mereka berbuat buruk, maka sesungguhnya yang buruk adalah "perilaku" nya bukan "pelaku" nya.

Kepercayaan Positif.
     Setelah kunci pembuka dipahami, kita akan melangkah pada tahap menularkan perasaan orangtua kepada anak-anaknya. Mereka juga harus selalu yakin bahwa mereka adalah anak baik. Keyakinan ini sedikit demi sedikit melekat, bertahan selama bertahun-tahun, semakin hari kian terpatri kuat hingga akhirnya menumbuhkan kepercayaan pada dirinya bahwa mereka memang anak baik-baik. Ini biasa kita sebut kepercayaan diri yang positif.
     
Sebaliknya orangtua yang terus menerus memberikan persangkaan dan julukan yang buruk bagi anak, akan tertanam pada diri anak, bahwa dirinya memang seperti apa yang sering diucapkan orangtuanya. Harga yang ia berikan kepada dirinya sendiri adalah harga yang buruk. Kepercayaan diri yang negatif. Anak seperti ini tak akan lagi merasa malu dan rikuh apalagi merasa bersalah bila dikatakan sebagai anak nakal, bengal, pembangkang dan pengganggu.
     
Itulah sebabnya sangat penting bagi orangtua untuk tidak mempunyai prasangka buruk terhadap anak mereka. Sebab walaupun sekedar persangkaan dalam hati saja bisa terbaca oleh anak. Karena seringkali perasaan orangtua tercermin lewat perilakunya tanpa disadarinya, sehingga bisa dirasakan anak.

Merasa Bersalah
     Apabila perasaan orangtua terhadap anak sudah bisa selalu positif, maka usahakan agar anak turut merasakan hal ini, untuk selanjutnya meyakininya. Ketika seorang anak berbuat kesalahan orangtua harus menegur "perilaku" tersebut tanpa mencela "pelaku"nya. Anak harus mengerti akan kesalahan "perilaku"nya. Mereka merasa bersalah akan "perilaku" mereka yang jelek, tetapi tetap senang pada diri mereka yang baik.
     
     Ini adalah upaya berikutnya dalam metode disiplin ini, yaitu menegur anak-anak agar mereka merasa bersalah akan "perilaku" mereka yang jelek, tetapi tetap merasa senang terhadap diri sendiri yang baik. Cara terbaik agar anak bisa merasa bersalah akan perilaku yang jelek bisa ditempuh dengan cara mnunjukkan perasaan kecewa dan marah yang dirasakannya dengan sejelas-jelasnya. Bisa dengan mimik muka penuh emosi, kata-kata yang tajam dan kasar. Orangtua menyatakan dengan jelas perasaannya terhadap perilaku si anak.

Jangan Diulang
     Tujuan kita menunjukkan perasaan kecewa dan amarah dengan jelas atas perilaku buruk anak adalah dengan maksud agar anak mengerti perasaan orangtua tentang perilaku anak yang buruk itu. Disisi lain diharapkan dalam diri anak sendiri akan timbul perasaan yang tidak enak menghadapi kemarahan orangtuanya.
     
     Kita bisa melihat bahwa yang dibutuhkan orangtua untuk menunjukkan perasaannya tak lebih dari setengah menit. Cukup dinyatakan sekali saja, anak biasanya sudah bisa memahami perasaan orangtua. Bila pernyatan diulang-ulang justru akan menimbulkan kebosanan, dan anak merasa digurui. Cara mendisiplinkan anak seprti itu tidak efisien.
     
     Banyak orangtua yang merasa perlu memberi nasehat panjang lebar terhadap kesalahan anaknya karena menangkap kesan anak tidak peduli dengan apa yang dikatakan orangtua. Anak-anak itu berbuat seakan tak mendengar omelan orangtuanya. Tingkah anak seperti itu lalu membuat orangtua jengkel dan meangsang untuk semakin memperpanjang dan mengulang-ulang nasihat semata untuk melampiaskan kejengkelan.
     
     Sekali lagi sikap orangtua sebenarnya cukup diucapkan sekali, ditunjang ekspresi wajah dalam waktu tak lebih dari setengah menit, inilah bagian awal darimetode disiplin yang disebut  "Teguran Satu Menit" itu. Selanjutnya akan terciptakan suasana yang tidak menyenangkan bagi anak. Orangtua diam sejenak agar suasana yang tidak enak ini benar-benar dirasakan anak. Manfaatkan waktu ini untuk menarik nafas panjang, seakan telah usai menyelesaikan tugas berat berupa pengungkapan rasa kecewa atas perilaku anak yang buruk.

Tetap Baik
     Bagian berikutnya adalah saat mengungkapkan kebenaran lain selain kebenaran pertama yang telah dikatakn terdahulu. Kebenaran yang kedua adalah bahwa diri anak-anak sebagai "pelaku" sebenarnya tetap baik. Bahwa orangtua tetap mencintai sepenuh hati, karena diri anak-anak sesungguhnya tetap shaleh.          
     
Bagian kedua ini harus diucapkan orangtua dengan ekspresi wajah penuh kasih sayang dan kelembutan, Bila perlu peluk dan ciumpun bisa diberikan. Tujuannya, agar anak bisa langsung merasakan bahwa bagaimanapun buruknya perilaku mereka, ternyata orangtua tetap mencintai dirinya yang tetap baik itu. Pernyataan inipun tak lagi perlu diulang-ulang, tetapi cukup dalam setengah menit.
     
Harus diakui, satu menit ini sama sekali tidak mudah. Memang tidak mudah menampakkan dua perasaan sekaligus dalam waktu sesingkat itu. Ungkapan perasaan marah dan perasaa kasih sayang. Orangtua yang baru pertama kali mencoba merasa bermain sandiwara. Tetapi Insya Allah, bila tekad sudah bulat dan metode dijalankan istiqomah, hasilnya sungguh mencengangkan.

Harga Diri.
     Keuntungan "Teguran Satu Menit" ini banyak sekali. Yang pertama tentunya melatih disiplin anak-anak untuk bisa meninggalkan perilaku yang buruk. Bagaimana penjelasannya?      
     
    - Dalam setengah menit yang pertama, anak mengerti bahwa tindakannya yang buruk telah membuat orangtuanya kecewa dan marah. Maka akan masuk kedalam memorynya mana peilaku yang baik dan mana yang buruk.
     
    - Selanjutnya dalam setengah menit yang kedua, mereka menemukan kembali harga dirinya yang positif sebagai anak yang baik. Mereka sangat menikmati belai kasih orangtua dalam selang waktu yang singkat ini. Buahnya, mereka menjadi senang dan bangga terhadap dirinya sendiri yang baik seperti kata orangtuanya. Satu hal penting yang tak boleh dilupakan orangtua adalah bahwa semakin ank menyenangi dirinya sendiri, semakin mau berperilaku lebih baik.
      
     Keuntungan lainnya adalah, anak akan meniru apa yang diperbuat oleh ayah ibunya. Mereka semkin berani menunjukkan perasaan mereka terhadap segala sesuatu, baik perasaan baik maupun buruk. Karena sudah mendapat jaminan bahwa tak akan dicerca oleh orangtua. Maka komunikasi akan menjadi terbuka dan akrab. Tak ada lagi beban untuk berbicara tentang segala sesuatu dengan ayah ibunya.
    
Selamat mencoba, silahkan menjadi "Orangtua Satu Menit" dan nikmati hasilnya.



Senin, 21.06.2011, 03:15 am




Tidak ada komentar:

Posting Komentar