Orang tua, terutama Ayah, berkewajiban mengajak seluruh keluarganya menuju surga. Ajaran islam wajib diberikan dan syariah2nya wajib ditegakkan dalam lingkungan keluarganya. Anak laki sudah mulai bisa lepas dari pengawasan orangtua jika telah dewasa. Tetapi para gadis tetap berada dalam lingkungan orangtua, sampai saatnya tiba dinikahkan. Jika suatu saat menjadi janda, mereka kembali berada dalam perlindungan dan tanggung jawab orang tua dan saudara laki-lakinya.
" Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan anggota keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang keras, kasar, yang tidak mendurhakai Allah dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-NYA kepada mereka " (QS.At-Tahrim:6).
Mengatur anak-anak bukan berarti tidak memberikan kebebasan. Sepanjang kebebasan itu tidak menyalahi Islam dan tidak merusak keimanan, semua itu boleh-boleh saja.
Sayang, banyak orangtua terlalu longgar memberikan kebebasan itu. Dalihnya, anak-anak telah dewasadan boleh menentukan jalan hidupnya sendiri, sampai dalam soal keimanan sekalipun. Dengan kemasan palsu modernisasi, banyak orangtua yang merasa rikuh menasihati anak-anaknya sendiri. Karena terkecoh bungkus palsu modernisasi, banyak orangtua merasa tak patut lagi ikut menentukan masa depan anak-anaknya.
Memang benar kita tidak boleh memaksakan kehendak terhadap anak. Tapi dalam masalah keimanan, kita tidak boleh berdalih "demi kebebasan", kita biarkan mereka mencari-cari jalan hidupnya sendiri.
Ibarat anak panah, setelah kita arahkan pada sasaran setepat-tepatnya dan kita tarik tali busurnya kuat-kuat, barulah kita lepas dia. Tanpa itu, anak panah akan melenceng atau jatuh sebelum waktunya. Lebih berbahaya lagi kalau nyasar dan memakan banyak korban. Siapa yang bersalah ? Sekali yang membidikkan anak panah !.
Dikutip dari : " Kiat sukses mendidik anak " , artikel pilihan dari kolom Tarbiyah.
Rubrik Jendela keluarga, Majalah Dakwah Suara Hidayatullah.
" Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan anggota keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang keras, kasar, yang tidak mendurhakai Allah dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-NYA kepada mereka " (QS.At-Tahrim:6).
Mengatur anak-anak bukan berarti tidak memberikan kebebasan. Sepanjang kebebasan itu tidak menyalahi Islam dan tidak merusak keimanan, semua itu boleh-boleh saja.
Sayang, banyak orangtua terlalu longgar memberikan kebebasan itu. Dalihnya, anak-anak telah dewasadan boleh menentukan jalan hidupnya sendiri, sampai dalam soal keimanan sekalipun. Dengan kemasan palsu modernisasi, banyak orangtua yang merasa rikuh menasihati anak-anaknya sendiri. Karena terkecoh bungkus palsu modernisasi, banyak orangtua merasa tak patut lagi ikut menentukan masa depan anak-anaknya.
Memang benar kita tidak boleh memaksakan kehendak terhadap anak. Tapi dalam masalah keimanan, kita tidak boleh berdalih "demi kebebasan", kita biarkan mereka mencari-cari jalan hidupnya sendiri.
Ibarat anak panah, setelah kita arahkan pada sasaran setepat-tepatnya dan kita tarik tali busurnya kuat-kuat, barulah kita lepas dia. Tanpa itu, anak panah akan melenceng atau jatuh sebelum waktunya. Lebih berbahaya lagi kalau nyasar dan memakan banyak korban. Siapa yang bersalah ? Sekali yang membidikkan anak panah !.
Dikutip dari : " Kiat sukses mendidik anak " , artikel pilihan dari kolom Tarbiyah.
Rubrik Jendela keluarga, Majalah Dakwah Suara Hidayatullah.
